Tugas E-Commercer Unindra 2016





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pemasaran ,seperti halnya dengan ilmu pengetahuan yang bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan.perubahan dalam dalam dunia pemasaran merupakan suatu keharusan yang harus dilkukan karena dunia bisnis terus berubah menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman dan teknologi.walaupun mengalami perubahan,pemasaran tidak bisa melepaskan diri dari tiga komponen yang selalui menyertainya yaitu;
1)      Konsumen,
2)      Kompetitor
3)      Perusahaan.
Ketiga komponen inilah yang selalu ada dalam setiap pemasaran dan menumbuhkan  tantangan baru dalam pemahaman pemasaran secara online.pada abad ini orang-orang telah mengandalkan teknologi untuk menunjang kegiatan mereka tidak terkecuali kegiatan bisnis mereka.mereka mengandalkan teknologi untuk melakukan bisnis mereka.pada saat ini banyak berkembang bisnis-bisnis pemasaran yang mengandalkan internet sebagai lahan pemasaran dari produk atau jasa yang dihasilkan dari perseorangan atau perusahaan.oleh sebab itu kini pemasaran secara online sudah membuat masyarakat mengetahui tentang suatu hasil produk.pemasran secara online berkembang dengan sangat cepat tanpa celah sedikitpun dalam masyarkat.
1.2.Rumusan Masalah
      Dalam penulisan ini kami merumuskan masalah sebagai berikut;
1)      Bagaimana ciri-ciri pengguna internet pada saat ini ?
2)      Bagaiman prilaku konsumen terhadap suatu produk ?
3)      Apa penyebab yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pembelian ?
4)      Apa faktor pendukung teknologi pemasara secara online ?
5)      Apa yang menjadi dasar dari strategi pemasaran brand dan merk ?







1.3.Batasan Masalah
Dalam pennyusunan dan penulisan makalah ini kami embatsi permasalahan hanya pada “Bagaiman konsep dalam pemasaran online”.
1.4.Tujuan penulisan
      Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui masalah berikut;
1)      Untuk mengetahui ciri – ciri atau identifikasi pengguna internet
2)      Mengetahui dasr-dasra dari strategi brand dan market
3)      Mengetahui tentang prilaku konsumen
4)      Mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pembelian
5)      Mengetahui tentang teknologi utama pendukung pemasaran online
1.5. Manfaat Penulisan
Mamnfaat dari penulisa ini adalah kita mengetahui konsep dari suatu pemasaran yang dilakukan secara online



















BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Identifikasi Ciri – Ciri Pengguna Internet
2.2. Konsep Dasar Prilaku Konsumen
      2.2.1. Pengertian Perilaku Konsumen
            Saat ini konsumen begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah digantikan dengan era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada konsumen, konsumen adalah bagian terpenting dari perusahaan. Konsumen lebih penting dari pada kekasih (istri atau pacar), orang bisa hidup tanpa kekasih tetapi perusahaan tidak bisa hidup tanpa konsumen. Oleh karena itu perusahaan perlu mengerti bagaimana konsumenya berperilaku. Pada dasarnya perilaku konsumen merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi tindakan itu, yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) guna memenuhi kebutuhannya. Tidak ada kesamaan definisi yang dikemukanan para ahli, perbedaan itu disebabkan adanya perbedaan sudut pandang. Perilaku manusia sangat komplek sehingga sangat sulit digambarkan dengan kata-kata.
            Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposintog of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.

           Pengertian perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994 : 3) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul dari tindakan ini. Mowen (1990 : 5) mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide. Difinisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. Difinisi tersebut juga mengatakan bahwa konsumsi adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri dengan penentuan (disposition). Tahap penerimaan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa bagaimana konsumen senyatanya menggunakan produk yang diperoleh. Tahap penentuan menunjukkan apa yang dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan produk tersebut.

            Studi perilaku konsumen adalah studi bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber-sumber yang dimiliki pada konsumsi yang berkaitan dengan sesuatu (barang atau jasa). 

            Schifman dan Kanuk (1991 : 5) mengatakan studi ini meliputi; apa yang dibeli,
            Mengapa ia membelinya,dan berapa sering ia membelinya.
           
            Swastha dan Handoko (1987 : 9) mendifinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomisalnya, termasuk kegiatan pengambilan keputusan. Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
 
Perilaku konsumen melibatkan interkasi antara pengaruh (afeksi) dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran kita harus memahami apa yang dipikirkan (kognisi) apa yang dirasakan (afeksi) dan apa yang mereka lakukan serta kejadian sekitar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen.

Secara umum, definisi dari perilaku konsumen adalah “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita, dimana terdapat aspek pertukaran didalamnya” (Peter & Olson, 1999). Dari definisi umum tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor penting didalam definisi tersebut, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis, melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar, adanya aspek pertukaran. Perilaku konsumen adalah dinamis artinya bahwa seorang individu konsumen, suatu komunitas konsumen, atau masayarakat luas akan selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini berdampak tidak hanya pada studi perilaku konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada pengembangan strategi pemasaran

Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:

(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain

(2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung

(3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.


        2.2.2. MANFAAT MEMPELAJARI PERILAKU KONSUMEN
Dalam pasar yang semakin intensif tingkat persaingannya, tuntutan konsumen yang semakin tinggi dan sangat ingin diperlakukan secara khusus, pemahaman akan konsumen begitu tinggi. Untuk itu sangatlah dibutuhkan pengetahuan tentang perilaku konsumen demi memuaskan konsumen dan memenangkan persaingan.

Pemahaman terhadap perilaku konsumen sangat bermanfaat untuk kepentingan penyusunan strategi dan bauran pemasaran. Melalui pemahaman terhadap psikografis konsumen dan juga perilaku penggunaan, pemasar dapat melakukan segmentasi berdasarkan variabel tersebut. Berdasarkan sikap konsumen, pemasar dapat menyusun strategi promosi, khususnya iklan secara tepat.

       2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Memahami konsumen dan proeses konsumsinya memberikan berbagai keuntungan antara lain: membantu manager dalam membuat keputusan, memberikan dasar teoritis bagi peneliti dalam menganalisa konsumen, membantu legislatif dan pemerintah dalam menyusun undang-undang dan membuat keputusan, dan membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih baik. Lebih dari itu studi tentang konsumen dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang faktor-faktor psikologi, sosiologi, dan ekonomi
 
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

                        A. Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.

Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain

                           B.  Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.
Keluarga dapat pempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi. Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

                           D. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. 

Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ). Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang. 

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis- jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan berbagai pilihan produk atau merek.

                             D. Faktor Psikologis

                          Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima.
 
                            Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi:
• Perhatian yang selektif
• Gangguan yang selektif                                                                   
• Mengingat kembali yang selektif

                            Pembelajaran menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedang kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

                            E. Faktor Marketing Strategy

Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberi tahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah :
• Barang,
• Harga,
• Periklanan dan
• Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.

Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Pemasar memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.

Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.

Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran ke arah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.





       
          2.2.4. Prilaku Konsumen Dapat dibagi 2 yaitu Bersifat Rasional Dan                                             
                     Irrasional
                Berikut adalah ciri – ciri konsumen yang bersifat rasional                        
                  1.konsumen menbeli barang brdasarkan kebutuhan
                  2.Barang yang dipilih konsumen memberikan kegunaan optimal bagi
                     konsumen                                             
                  3.Konsumen memilih barang ang mutunya terjamin.
                  4.Konsumen memilih barang yang sesuia dengan kemampuannya
           
                Dan ini beberapa ciri –ciri konsumen yang bersifat Irrasional
1.      Konsumen sangat cepat tertarik dengan iklan dan promosi di media cetak maupun elektronik.
2.      Konsumen memiliki barang-barang bermerk atau branded yang sudah dikenal.
3.      Konsumen memilih barang bukan berdasarkan kebutuhan melainkan gaya hidup


2.3. Pengambilan Keputusan Dalam Pembelian
      
        Menurut Kotler dan Keller (2007 : 213) yang dialih bahasakan Benyamin Molan memberikan pengertian mengenai perilaku konsumen sebagai berikut: “Perilaku konsumen merupakan studi tentang cara individu, kelompok dan organisasi menyeleksi, membeli, menggunakan dan mendisposisikan barabgatau jasa, gagasan atau pengalaman yang memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”.
       Model perilaku konsumen ditandai adanya interaksi adanya pemasar dengan konsumen. Komponen pusat yaitu pembuatan konsumen yang terdiri dari proses merasakn dan mengevaluasi informasi merek produk, mempertimbangkan bagaimana alternatif merek dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada akhirnya memutuskan merek apa yanga kan dibeli.
     
      Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1.Pengenalan masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2.Pencarian informasi (information source) Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal).
3.Mengevalusi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian.  Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
5.Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian.
6.Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya.
7.Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut pada masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa depan.

           2.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.  Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang  terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.Integritas (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut. 












2.4. Tekonlogi Utama Pendukung Pemasaran Online
        Di era yang serba canggih seperti sekarang ini, banyak bisnis yang semakin berkembang karena tersedianya teknologi pendukung. Pemanfaatan teknologi yang saat ini sedang trend salah satunya adalah sosial media marketing. Internet telah menjadi salah satu hal penting dalam bisnis terutama dalam pemasaran atau marketing.
       Dalam perkembangannya, sebuah bisnis selalu mengaitkan sosial media sebagai salah satu alat yang paling efektif untuk berpromosi. Banyangkan saja jika bisnis yang kita jalankan tanpa adanya dukungan dari media sosial, pastinya marketing atau pemasaran tidak dapat berjalan dengan efektif dan sempurna.
       Sosial media marketing sangat penting bagi perkembangan bisnis terlebih lagi di era digital sekarang ini, karena selain mudah digunakan, biaya yang dibutuhkan pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis melalui sosial media juga murah.
        Dalam ledakan teknologi dan sosial media ini muncul strategi marketing yang sedang trend dan perlu untuk kita perhatikan. Berikut ini adalah strategi marketing yang sedang trend dan perlu dikuasai oleh pelaku bisnis untuk membantu pemasaran produk.
     1.Contentmarketing
Konten marketing sekarang ini menjadi fokus utama oleh banyak merek mengingat peran penting dan cara kerjanya dalam sosial media, multimedia, search dan mobile. Banyak perusahaan yang masih belum memahami pentingnya trend dan bagaimana konten marketing melandasi hampir seluruh digital marketing. Konten merupakan dasar dari semua digital marketing dan sangat penting untuk menciptakan brand awareness serta merambah keramaian.
2.Mobilemarketing
Terus meningkatnya para pengguna ponsel pintar dan juga tablet, menjadikan pesan pemasaran serta konten untuk platform mobile menjadi sebuah keharusan. Dari perangkat kecil tersebut banyak konsumen yang membaca konten, menerima email bahkan membeli produk. Oleh sebab itu, perusahaan dituntut untuk segera mendesain ulang website dan blog agar responsif dengan perangkat bergerak.
3.Integrateddigitalmarketing
Media sosial dan konten memiliki peranan penting pada hasil pencarian. Google telah menciptakan Google+ dengan berbagai alasan termasuk salah satunya adalah untuk menangkap sinyal sosial. Untuk itu pastikan bahwa setiap pendekatan yang dilakukan memberikan kemungkinan untuk mengikat mereka semua secara bersamaan demi mencapai suatu efektivitas yang maksimum.
4.Continuousmarketing
Seorang marketing harus menyadari bahwa strategi marketing yang kuat sedang marak dan disebut dengan continuous marketing. Namun, hal ini bukan berarti Anda tidak boleh melakukan pemasaran produk atau promosi secara offline. Kenyataannya adalah segala sesuatu yang ditemukan secara online melalui media sosial, twitter stream serta penelusuran melalui Google membutuhkan aktivitas SEO yang konstan, publishing, penciptaan konten dan marketing.
5.Personalized marketing
Pendekatan marketing yang biasa terjadi di media tradisional dan televisi menjadi kurang efektif karena adanya kejenuhan media. Kita bisa melihat bagaimana adanya personalized marketing di situs e-commerce, email dan website yang menyesuaikan dengan iklan dan user interface demi kepentingan konsumen yang relevan.Ketika mengunjungi bisnis online sekali dan kemudian berkunjung lagi, website akan tahu siapa Anda. Email yang datang berikutnya juga telah dipersonalisasi dengan produk yang telah Anda kunjungi ketika berbelanja online.Web akan menangkap kebiasaan Anda seperti membaca data, menyajikan informasi yang relavan dan menerapkan intelegensi. Trend yang satu ini didorong oleh teknologi dengan menggunakan “big data” sehingga dapat meningkatkan efektivitas marketing.
6.Visual marketing
Pertama kali kita melihat lanskap visual marketing adalah beberapa tahun yang lalu ketika YouTube hadir. Sejak saat itulah visual marketing terus bermunculan seperti Instagram, Pinteres dan juga Slideshare. Dalam waktu 6 bulan terakhir ini, visual marketing sudah berada ditingkat yang baru. Anda harus bisa memanfaatkan trend marketing ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan secara online

2.5. Dasar – Dasar Strategi Merk dan Brending
          Di dalam dunia bisnis, posisi strategis brand (merk) management ditempatkan dalam wilayah di mana strategi berperan sebagai jenderal yang memberi komando dan memimpin pasukan. Sang jenderal memimpin dengan maksud supaya pasukan yang dipimpinnya bisa memenangi pertempuran di wilayah perang tertentu. Analogi semacam ini, jika diaplikasikan di dunia bisnis, bisa dilihat dari posisi strategis CEO (Chef Execituve Officers).
          Para CEO adalah orang-orang yang menjalankan perusahaan atau roda organisasi supaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dulu. Jadi jelas bahwa sebuah brand (merk) yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan bentuk konkrit dari misi, visi, dan tujuan yang ingin dicapai sebuah perusahaan.
         Lebih jauh lagi, strategi brand (merk) management didefinisikan sebagai sebuah rencana yang terintegrasi, menyatu, dan luas, yang dalam banyak hal memperhatikan juga kondisi lingkungan tempat di perusahaan beroperasi.
         Rancangan strategi dimaksudkan supaya tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui kaidah-kaidah operasional yang tepat. Dari definisi kedua ini, bisa dilihat bahwa strategi brand (merk) management adalah sebuah kesatuan rencana yang terpadu, komprehensif, dan menyeluruh, yang hasilnya diarahkan untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.
         Dalam perumusan strategi manajemen brand (merk), dikenal tiga aktivitas penting, yakni implementasi strategi, perumusan strategi, dan juga analisis strategi.
         Definisi lain menyebut bahwa dalam strategi manajemen brand (merk), keputusan manajerial dibutuhkan, selain kegiatan-kegiatan yang menentukan keberhasilan brand (merk) tertentu sehingga ia bisa lebih diterima oleh masyarakat luas. Karenanya dikenal tiga aktivitas, yakni evaluasi, pelaksanaan/impelemntasi, dan perumusan/perencanaan strategi.
          Dari beberapa definisi yang disebut di atas, strategi brand (merk) management adalah soal bagaimana seorang pemimpin memilih alternatif strategi terbaik bagi perusahaan dan juga organisasi.
          Alternatif strategi yang ada harus mampu mendukung gerak usaha perusahaan secara terus menerus, dan dilihat secara keseluruhan: harus fleksibel dan sesuai dengan tuntutan kondisi lingkungan yang ditemukan di lapangan.
Karenanya bisa dibilang bahwa strategi brand (merk) management sangat penting bagi sebuah perusahaan, karena alasan berikut:
a.       berhubungan dengan efisien dan efektifitas barang dan waktu.
b.      Sanggup menatasi segala perubahan yang muncul.
c.       Membantu memikirkan kepentingan berbagai pihak.
d.      Dan dalam lingkuo yang lebih luas,memberikan arah yang berguna bagi perusahaan.

2. 5.1Manajemen Brand (merk): sebuah janji yang terucap
Ketika anda menikmati sebuah iklan produk dari brand (merk) tertentu, anda akan membaca atau mendengar banyak janji yang diyakini inheren dalam sebuah produk. Misalnya, Smartphone yang memahami rutinitas keseharian anda. Dalam banyak hal, brand (merk) adalah sebuah janji juga, yang terucap dan tertulis melalui iklan dan sebuah kaul yang harus dipenuhi oleh produsen brand (merk) produk tersebut.
              Tentu anda sudah paham bahwa membuat janji merupakan sebuah hal yang mudah, meski menjaga janji menjadi sebuah hal yang sulit. Salah satu fungsi utama sebuah brand (merk) – selain sebagai pembeda – adalah ia harus melaksanakan janji dan mengandung hal-ihwal yang dijanjikan oleh iklan yang terkait denagn produk tersebut.
Posisi strategis manajemen brand (merk) bisa dilihat, antara lain dari fungsi brand (merk) untuk pembeli. Ada beberapa fungsi brand (merk) yang berguna bagi pembeli/konsumen, di antaranya adalah:
1) Mengurangi biaya pencarian karena konsumen bisa mengenal produk tertentu dengan cepat dan dengan hasil yang akurat.
2) Mengurangi resiko yang dirasakan oleh kebanyakan pembeli. Misalnya: produk dengan brand (merk) AGY merupakan brand (merk) yang menjanjikan konsistensi dan kualitas.
3) Mengurangi resiko psikologis dan sosial. Ini terkait dengan penggunaan dan kepemilihan produk yang salah, yang mudah dijumpai bila pembeli memilih brand (merk) yang salah. Brand (merk) yang bereputasi biasanya menyediakan imbal balik berupa keamanan psikologis karena brand (merk) itu telah memiliki prestis dan status yang mantap.
Sedangkan bagi penjual, sebuah brand (merk) memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1)      Sebuah saluran untuk mengenalkan produk baru yang inovatif dan berbeda
2)      Brand/merk merupakan promosi yang efektif karena fokus yang dimilikinya.
3)      Kepemilikan harga premium sebuah produk yang tidak tergantung hukum dasar ekonomi.
4)      Mampu membentuk segmen pasar yang baru.
5)      Dan mampu membentuk loyalitas terhadap pelanggan atau konsumen.
        2.5.2.Ihwal Brand (merk) yang Dimiliki sebuah Perusahaan
            Brand (merk) di permukaannya hanyalah berupa sebuah nama untuk membedakan sebuah produk dengan produk lainnya yang sejenis. Maksudnya, sebuah handphone ”ALS” yang dikeluarkan oleh perusahaan Y tentu saja memiliki perbedaan dengan handphone ”XYS” yang dikeluarkan oleh perusahaan H.
            Seiring dengan perkembangan dunia bisnis dan managemen, brand (merk) bukan hanya berperan sebagai pembeda, melainkan juga sebuah simbol yang menopang citra perusahaan.
           Secara rinci bisa disebut bahwa nama sebuah brand (merk) telah menjadi sarana bagi perusahaan untuk memelihara sekaligus mengembangkan loyalitas pelanggan. Sebagai sebuah pembeda antara satu kategori produk yang sejenis, brand (merk) menjadi sebuah simbol untuk mengidentifikasi jasa atau barang dari sebuah kelompok tertentu.
           Pembeda yang dibawa sebuah brand (merk) bukan hanya nama, melainkan juga soal spesifikasi, kelebihan, dan juga fasilitas yang dibawa oleh merk tertentu. Nama yang melekat pada sebuah brand (merk) bisa berkembang kaidah-kaidahnya, yang umumnya dipengaruhi oleh perbahan eksternal maupun perubahan internal.
            Brand (merk) adalah sebuah indikator nilai (value) di mana manfaat (get) yang didapat oleh pelanggan dibagi pengorbanan (give) yang diberikan oleh mereka. Singkat kata, harga yang harus dibayar menentukan kepantasan atau kualitas sebuah brand (merk).
            Pada awalnya brand (merk) atau merek dagang hanyalah sebuah nama untuk membedakan, pada perkembangan selanjutnya brand (merk) bisa menjadi nama yang dianggap mewakili sebuah objek setelah itu brand (merk) dianggap sebagai simbol dan kemudian berkembang menjadi citra.
Brand (merk) merupakan sarana bagi perusahaan untuk mengembangkan dan memelihara loyalitas pelanggan.
Brand (merk) menurut AAker adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo cap atau kemasan ) untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual tertentu serta membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan para pesaing (A.B. Susanto dan Himawan Wijanarko, 2004). Perkembangan brand (merk) selanjutnya dipengaruhi oleh perubahan internal maupun eksternal.
Brand (merk) adalah indicator value yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pelanggan. Brand (merk) merupakan asset yang menciptakan value dimana value sebagai total get atau semua manfaat yang didapat oleh pelanggan dibagi dengan total give atau semua pengorbanan yang diberikan oleh pelanggan. Jadi, rumusnya adalah: value = total get : total give.




Kita perlu merinci rumusan tersebut secara lebih lanjut. Pertama-tama total get bukan hanya sebuah istilah, melainkan sebuah dasar hitungan yang mencakup dua komponen, yakni:
a)      Manafaat emosional yang diperoleh pelanggan berupa stimulus dan emosi.
b)      Manfaat funsional yang berhubungan kangsunh dengan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh sebuah produk.
           Sedangkan total give mencakup beberapa komponen, yakni:
a)      Harga yang harus dibayarkan konsumen untuk sebuah produk dari sebuah bran produk
b)      Dan biaya lain yang mungkin muncul selama pelanggan mengkonsumsi dan juga menggunakan produk dari brand tertentu yang ia beli. 
Kita telah melihat empat komponen utama yang secara intrinsik menentukan kekuatan sebuah brand (merk). Kesimpulan pertama, mereka yang sangat kuat merupakan nama yang secara emosional dan fungsional memiliki manfaat tertentu, yang oleh pihak lain dinilai melalui harga dan biaya lain yang harus ia bayar.
Sebuah brand (merk) haruslah mengasilkan rasio antara total give dan total get sebesar mungkin. Loyalitas dan kepuasan pelanggan diukur dari kualitas value yang ditawarkan oleh brand (merk) tertentu yang dirilis oleh sebuah perusahaan.
Fungsi lain dari brand (merk) yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dapat dikenali melalui peranannya dalam membantu sebuah produk lepas dari sifat komoditas sebuah brand (merk), sehingga memungkinkan layanan atau produk terbesar dari aturan dasar kurva penawaran dan permintaan.
Singkat kata, brand (merk) yang menarik, dengan harga yang kuat, anda mendiskualifikasi pesaing yang mengeluarkan brand (merk) lain dari kategori barang yang sama.
        2.5.3.Strategi Membangun Brand (merk) yang Kuat
Setelah membicarakan definsi strategi brand (merk) management, kini saatnya berbicara tentang bagaimana strategi membangun brand (merk) yang kuat dan terkenal. Hal pertama yang harus dilakukan dalam mengelola kualitas brand (merk) adalah membangun kerangka kerja guna menopang kinerja manajemen pemasaran.
Kerangka kerja pemasaran bentuknya bisa bermacam-macam, dan antara satu dengan yang lain bisa sangat berbeda kerangkanya. Meski demikian, salah satu landasan utama yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kerangka kerja yang memanusiakan pelanggan.
‘Memanusiakan pelanggan’ artinya di sini adalah bahwa pelanggan harus dijadikan subjek dan bukan objek perusahaan.
Kerangka kerja manajemen pemasaran juga harus disusun berdasarkan visi dan tujuan yang berorientasi masa depan, dalam arti ia harus mampu merancang perencanaan yang akan membina hubungan jangka panjang dengan konsumen, sehingga mereka merasa puas, dan pada akhirnya juga akan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan stakeholders.
Karena itu, pola pikir bagi penyusunan kerangka manajemen pemasaran harus berpijak pada tiga landasan kunci, yakni:
1) Pergerakan yang menjadi tumpuan untuk menyelaraskan diri dengan dinamika permintaan yang terus berubah dan juga untuk menjawab persaingan dengan pihak lain.
2) Kepedulian yang disertai dengan kepedulian yang utamanya diberikan dengan cara melakukan inovasi di bidang manajerial, jasa atau produk, dan juga di bidang strategi.
3) Inovasi yang dilakukan di bidang manajerial dan strategi akan menghasilkan produk atau jasa yang sangat inovatif, dan ini merupakan sebuah proses yang memberikan nilai tambah. Kemampuan untuk berinovasi melalui sebuah brand (merk) akan memastikan kemunculan rasa puas pada pelanggan, yang pada gilirannya akan menumbuhkan kepercayaan dan loyalitas jangka panjang.
Di atas kita telah berbicara banyak mengenai ihwal kepuasan konsumen yang akan menimbulkan hubungan jangka panjang, berkelanjutan, serta penuh dengan kepercayaan dan loyalitas yang berasal dari konsumen. NIlai tertentu dibutuhkan guna mewujudkan semua hal tersebut.
Karena itulah ada 9 nilai strategis, 3 nilai pengembangan, dan 5 nilai penyampaian yang diperlukan untuk memunculkan loyalitas dan kepercayaan konsumen.
               




             Sembilan nilai strategis itu adalah:
1) Stakeholders: Dimaknai sebuah buah kesuksesan di mana kesejahteraan stakeholders bukan hanya bermanfaat untuk pemegang saham saja, melainkan juga untuk keseluruhan elemen dalam perusahaan seperti karyawan, dan terlebih lagi konsumen yang terikat dengan brand (merk) produk tertentu. Karena itulah dibutuhkan pendekatan menyeluruh untuk pemasaran dan bisnis.
2) Pelayanan (service)” Ini dimaknai sebagai sebuah nilai tambah yang berasal dari brand (merk) produk tertentu, yang kemudian disampaikan ke pelanggan yang membeli produk tersebut. Nilai tambah dimaksudkan supaya harapan dan kebutuhan konsumen terpenuhi.
Yang harus diperhatikan adalah kualitas layanan internal harus dirancang dengan baik, sehingga tidak akan menggangu proses pembentukan nilai tambah. Layanan internal yang buruk akan mempengaruhi kualitas akhir dari brand (merk) produk tertentu yang diberikan kepada pelanggan.
3) Strategi: Ini berkaitan dengan rancangan tentang tujuan yang secara spesifik dijabarkan dalam program, tindakan, dan perencanaan pemasaran, yang seharusnya dibuat dalam konteks tertentu, yakni Pemasaran-Bisnis-Korporat. Pendekatan integral yang sifatnya menyeluruh mestilah digunakan supaya roda gigi di antara ketiga konteks tersebut dapat berjalan dengan baik.
4) Segmentasi: Ini berkaitan dengan alat strategis yang digunakan untuk menyampaikan nilai tambah yang diperoleh pelanggan ketika membeli brand (merk) produk tertentu.
Pemetaan jelas diperlukan guna mengetahui seluk beluk konsumen dan kebutuhannya. Dengan demikian, segmentasi adalah sebuah cara untuk memilih wilayah yang menjadi sasaran. Pemetaan dilakukan dengan terlebih dahului memilih pasar dan membaginya menjadi kelompok-kelompok tertentu dan kemudian memberikan identitas kepada masing-masing kelompok.
Cara seperti ini memungkinkan sebuah perusahaan untuk memetakan persebaran kelompok dan kemudian mencari tahu mengenai perbedaan kelompok ketika dibandingkan dengan segmen kelompok yang lain. Mengetahui dengan jelas pola pemetaan membantu perusahaan dalam mengembangkan teknik pemasaran brand (merk) yang efisien untuk menjangkau segmen tertentu.
5) Solusi: Sebuah brand (merk) produk tertentu tidak hanya memberikan nama besar, melainkan juga solusi yang diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapi konsumen dan sekaligus mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Solusi tidak hanya didefiniskan dengan cara seperti itu, melainkan juga didefiniskan sebagai kejutan-kejutan tidak terduga yang mungkin bisa diperoleh pada ranah penawaran. Untuk mendapat solusi, sebuah perusahaan harus melakukan pendekatan konsultatif, supaya ia bisa menemukan akar masalah yang sedang dihadapi oleh konsumen.
                  6) Strike: Pasar adalah arena peperangan, di mana persaingan dan dinamika pasar muncul. Sebuah perusahaan yang mengelola brand (merk) produk tertentu harus mampu menerapkan langkah-langkah inovatif, menyerang pasar tertentu dengan strategi tertentu untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
                  7) Kejutan (surprise): Tindakan atau langkah-langkah inovatif seringkali berperan sebagai kejutan. Ini dapat mengejutkan pasar, dan sekaligus memenuhi harapan-harapan konsumen akan brand (merk) produk tertentu yang membawa inovasi di dalamnya.
                   8) Sistem: Pembangunan sistem memerlukan kombinasi tepat antara intuisi perkiraan dan usaha. Kombinasi macam ini diperkirakan berdasarkan pertimbangan manajemen resiko yang dilakukan secara rasional.
                  9) Shake: Segala jenis kegiatan pemasaran yang berkaitan dengan brand (merk) produk tertentu harus dijalankan dengan cara mengintegrasikannya secara sistematis sehingga kemenangan bisa dicapai.
        Adapun 3 nilai pengembangan terdiri dari:
a)      Newness adalah usaha pengembangan brand merk.tidak hanya dibutuhkan modifikasi konsep melainkan juga modifikasi yang didukung olehkreatifitas.
b)      Nourishment adalah terkaitan dengan penerapan relationship marketing dimana pemeliharaan jejaringan menjadi ujung tombaknya.
c)      Networking merupakan terkaitan khusus bagaimana program perluasan jaringan dibentuk dan diaplikasikann.




       Yang terakhir adalah 5 nilai penyampaian, yakni:
       1) Competence: Ini berkaitan dengan fokus dalam manajemen pemasaran brand (merk) yang membutuhkan ketrampilan dalam berkomunikasi secara efektif dan interpersonal.
       2) Customer: Artinya sama dengan kegiatan yang berorientasi pada konsumen. Menganggap pelanggan sebagai raja, sekaligus menganggap kegiatan pemasaran brand (merk) sebagai sesuatu yang sama dengan kegiatan konsultasi.
       3) Competition: Ini berarti adalah apa yang disampaikan haruslah kompetitif, dan berbeda dalam arti kecepatan maupun citra yang dibangun di sekitar brand (merk) produk tertentu.
        4) Convenience: Yakni berbagai macam aturan dasar yang harus diterapkan supaya pelanggan merasa nyaman ketika menggunakan brand (merk) produk tertentu.
       5) Care: Ini berarti perusahaan memiliki kepedulian dalam hal pengembangan komunitas dan memiliki keinginan kuat untuk memuaskan harapan pembeli.
Dengan memperhatikan semua nilai yang telah dijabarkan di atas, sebuah perusahaan bisa mendapat acuan penting untuk mendekati konsumen.
Dalam pendekatan kepada konsumen, yang paling penting adalah memiliki pemahaman kepada proses pengambilan keputusan konsumen dan bagaimana konsumen bereaksi terhadap produk tertentu. Lebih jauh lagi, segala macam keputusan strategis ada di tingkat bisnis, di tangan korporat, dan keputusan diambil berdasarkan strategi pemasaran brand (merk) produk tertentu.
       Supaya brand (merk) lebih menarik perhatian para konsumen, sangat dibutuhkan dibutuhkan sebuah program penciptaan image (image creation) dan pemosisian-penargetan-segmentasi (segmentation-targeting-positioning).
       Kedua program tersebut menginduk kepada konsep seperti capability-core-consistency. Sebagaimana terlihat dari nama konsepnya, yang terpenting adalah konsistensi dalam hal kemampuan untuk meningkatkan sekaligus menjaga kualitas sebuah produk, serta nilai penyampaiannya kepada konsumen.
       Pendek kata, dalam membangun kualitas sebuah brand (merk) atau merek dagang, sebuah perusahaan memerlukan strategi yang kokoh.
       Untuk membangun strategi yang kokoh tersebut, diperlukan kemampuan untuk melihat pasar secara kreatif, serta membagi-bagi pasar tersebut ke dalam beberapa macam segmen.
Ada ukuran yang mesti dipertimbangkan ketika menentukan segmen pasar:
a)      Apa saja keunggulan yang dimiliki oleh brand/merk yang dipasarkan.
b)      Situasi persaingan pasar di segmen pasar yang disasar.
c)      Pertumbuhan segmen pasar yang dituju.
d)     Ukuran pasar yang ingin dituju.
       Setelah menilai dan mempertimbangkan keempat ukuran di atas, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menetapkan posisi brand (merk). Pasar merupakan tempat di mana berbagai brand (merk) produk dijual dan konsumen pasti akan merasa kebingungan ketika memilih produk yang tepat.
       Oleh karena itulah manajemen brand (merk) menjadi sangat penting. Sebuah perusahaan harus segera menempatkan posisi brand (merk), mengkomunikasikan nilai yang diusungnya (yang menunjukkan keunggulan brand (merk) dibandingkan produk dari kategori yang sama), sehingga terbentuklah alasan kenapa konsumen harus memilih brand (merk) yang digarap oleh perusahaan tersebut.
       Setelah memposisikan brand (merk) di tengah konsumen luas, yang harus dilakukan kemudian adalah memberi identitas yang berkepribadian.
       Maksudnya adalah, brand (merk) produk tertentu harus memiliki kepribadian unik, sehingga ia memiliki identitas, dan mengenai di hati konsumen yang disasar oleh perusahaan. Secara umum bisa dikatakan bahwa brand (merk) sebuah produk memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dengan produk lain yang sejenis. Menentukan sebuah identitas yang unik menjadi cara supaya sebuah brand (merk) mengena di hati konsumen yang disasar.
       Agar memiliki identitas yang kuat, sebuah brand (merk) membutuhkan konsistensi dalam hal mengkomunikasikan kepribadian brand (merk). Ini akan membantu dalam hal menempatkan posisi brand (merk) di tengah pasar yang pas.
       Ketika seorang konsumen mengenal sebuah brand (merk), dan memberi kesan  tertentu terhadapnya, barulah brand (merk) tersebut bisa diasosiakan dengan sejumlah atribut yang melekat di brand (merk) tersebut, dan juga yang melekat di dalam ingatan para konsumen. Meski demikian, hal ini bukan tanpa kendala.
       Salah satu kendala terbesar dari mengkomunikasikan identitas dan kepribadian brand (merk) produk tertentu adalah: apa yang ingin dikomunikasikan oleh perusahaan belum tentu dipersepsikan sesuai dengan keinginan.
       Ini terjadi misalnya ketika sebuah perusahaan menginginkan konsumen untuk berpikir bahwa mereka bisa mendapat kemudahan dalam mengelola dokumen dengan memakai Smartphone EXP dari produsen Q, namun ternyata konsumen tidak berpikir sesuai yang diinginkan oleh perusahaan Q itu.
       Tantangan terbesar dari manajemen brand (merk) berputar pada bagaimana supaya konsepsi dan identitas brand (merk) yang disampaikan kepada konsumen dapat dipersepsikan sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.
       Pikiran konsumen merupakan hal paling utama, dan ini dipengaruhi oleh bagaimana identitas dan kepribadian brand (merk) yang didesain oleh produsen, supaya pada akhirnya brand (merk) tersebut bisa memberi manfaat yang besar bagi produsen.
       Karena itulah sebuah perusahaan harus mengelola portofolio brand (merk)nya terus menerus supaya si brand (merk) bisa tetap bersaing di pasar dalam hal merebut hati dan ketertarikan konsumen, dan dengan demikian brand (merk) tersebut bisa bersaing dalam pasar produk yang sangat ketat. D
       alam hal pengelolaan portofolio brand (merk) atau merek dagang yang dimiliki, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
a)      Memutuskan pasar yang akan dituju sesuai dengan aspirasi dan daya saing brand/merk.
b)      Seberapa jauh sebuah brand/merkbisa melangkah dalam arti,seberapa besar popularitas yang dimiliki sebuah brand.
c)      Mengenai tujuan bisnis yang harus dicapai.
   2.5.4 Bagaimana membangun identitas brand (merk)
       Telah dikatakan di atas bahwa sebuah brand (merk) adalah simbol, nama, tanda, atau desain yang dibentuk sedemikian rupa untuk mengenalkan jasa atau barang yang diproduksi oleh perusahaan tertentu. Karena itulah nama sebuah brand (merk) harus dapat diucapkan dengan mudah.
       Selain itu, tanda brand (merk) merupakan bagian intrinsik dari brand (merk) yang bisa dikenali secara visual namun tidak bisa diucapkan.
       Ini didapat dari penggunaan huruf, warna, desain, dan simbol yang khas. Untuk membangun sebuah identitas brand (merk), perusahaan harus memperhatikan beberapa hal di bawah:
 1) Pelengkapan brand (merk), dalam arti menggunakan lebih dari satu brand (merk) yang bekerja di bawah satu atap. Anda bisa mengambil contoh pada Samsung yang mengeluarkan seri laptop (VITA), Smartphone (seri Galaxy), dan lain sebagainya.
2) Kekuatan pendorong, yakni membuat daya tarik melalui brand (merk) terkenal yang pada intinya merupakan cara untuk menarik minat orang-orang baru maupun untuk mengajak pelanggan lama untuk lebih banyak berinteraksi dengan produk yang diusung oleh brand (merk) tersebut.
3) Kondisi yang mendorong penetapan nama suatu brand (merk) mestilah memperhatikan beberapa hal, di antaranya permintaan atas produk cukup besar, memiliiki standar kualitas yang mudah dipertahankan, memiliki produk dengan nilai persepsi tinggi, serta memiliki produk yang mudah dikenali.
4) Menyadari bahwa produk akan lebih mudah dikenali jika memiliki nama brand (merk) yang: menggambarkan manfaat dan kualitas produk, mudah diucapkan nama brand (merk)nya, memiliki kekhasan nama, mudah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing (bila di masa depan ingin melaukan ekspansi brand (merk)), serta terdaftar dan memiliki perlindungan hukum.
5) Memiliki sebuah produk yang memiliki nilai persepsi tinggi. Dalam hal ini, sebuah nama brand (merk) akan berkualitas seiring dengan kualitas produk yang dipersepsikan melaluinya.
6) Sebuah produk harus memiliki nama brand (merk) dengan standar dan kualitas yang sangat mudah dipertahankan, baik secara nilai maupun secara hukum.
Karena itulah penting bagi sebuah perusahaan untuk mulai mempertimbangkan pemberian nama brand (merk) yang mencerminkan kualitas produk yang dijualnya.
Sebagaimana telah disebut di atas, nama brand (merk) adalah janji lisan dan verbal yang diajukan melalui iklan dan moda pemasaran lainnya. Karena itulah menjadi penting bagi sebuah perusahaan untuk memilih nama yang mencerminkan kualitas produk yang diciptakannya.
Kendati demikian, persoalan belum selesai hanya pada ranah pemberian nama brand (merk). Ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan yang sudah mengeluarkan nama brand (merk) untuk produk yang dihasilkannya.
Tantangan inilah yang kemudian harus dihadapi dan dikelola dengan baik supaya nama brand (merk) yang sudah telanjur dibentuk memiliki kualitas sepadan dengan apa yang dijanjikannya. Paragraf berikut akan menjelaskan lebih lanjut perihal tantangan yang harus dihadapi untuk mempertahankan kualitas





2.5.6. Tantangan yang harus dihadapi manajemen brand (merk)
          Ada banyak tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang bermaksud membentuk kepribadian dan identitas sebuah brand (merk). Tantangan berasal dari faktor eksternal dan internal, di antaranya:
1)      Pasar yang terfragmentasi sehingga susah untuk dianalisa dan cenderung bisa berubah setiap saat.faktor ini juga mengkalkulasi faktor lain seperti media penawaran.
2)      Tekanan persaingan yang keras dan juga tingkat persaingan harga yang kuat antara satu brand dengan brand lainnya.
3)      Stretgi yangdiusung biasnya sangat komplek dan mengandalkan kemitraan.
4)      Inovasi dan penyimpangan.
5)      Tekanan jangka pendek.
6)      Dan tekanan investasi lainnya.
Keenam hal tersebut, bagaimanapun, adalah faktor-faktor umum yang bisa sangat berpengaruh dalam usaha pembentukan kepribadian dan identitas sebuah brand (merk). Dengan demikian pula, dalam rantai manajemen brand (merk), keenamnya harus dimasukkan dalam strategi manajemen, dengan maksud supaya sebuah perusahaan bisa mengantisipasi perubahan yang terjadi di dalam medan bisnis.

2.5.6. Bagaimana Mempertahankan Identitas dan Kepribadian sebuah  Brand  (merk)
Setelah kepribadian dan identitas sebuah brand (merk) didapat, hal berikutnya yang harus dilakukan adalah mempertahankannya. Citra sebuah brand (merk) bisa menurun kualitasnya, dan inilah yang harus diantisipasi oleh perusahaan.
Bila terdapat kegagalan layanan yang terkait dengan brand (merk) tertentu, sebuah perusahaan harus segera mengadakan program perbaikan layanan. Perbaikan layanan dengan segera dapat menjaga konsumen supaya tidak lari, berpaling kepada brand (merk) lain.
Dari penjelasan di atas, citra sebuah brand (merk) tentu saja dapat dikategorikan sebagai entitas, atau aset yang sangat rapuh.
Brand (merk) harus dibangun, dan bangunannya harus dijaga dari waktu ke waktu karena citra sebuah brand (merk) bisa hancur seketika bahkan hanya dalam satu malam.
Ada semacam peristiwa ledakan yang mampu meruntuhkan bangunan citra sebuah brand (merk) dari produk tertentu dan menghabisinya hingga ke akarnya, oleh karena itu penting bagi sebuah perusahaan untuk menjaga citra brand (merk) dari produk yang dikelolanya.
          Sisi rapuh dari brand (merk) disebut sebagai sisi gelap ekuitas brand (merk). untuk menyelamatkan sebuah citra brand (merk) yang sudah hancur, ada tiga prinsip yang harus dilakukan.
1)      Melkukan inovasi dan penemuan kembali ssupaya relevan dipasasar yang disasar.
2)      Memusatkan perhatian pada konsumen
3)      Perombakan perusahaan/organisasi supaya benar-benar memilik orientasi bisnis.
       Selain tiga prinsip di atas, beberapa prinsip lanjutan mesti diperhatikan,termasuk:
1)      Memanfaatkan waktu semaksimal mungkin
2)      Memperhatikan posisi yang ada di sekeliling
3)      Memperkuat fondasi tim
       Sebuah brand (merk) dari produk tertentu yang telah jatuh citranya bisa diperbaiki, dengan catatan perusahaan memiliki visi yang jelas tentang bagaimana produk akan dikelola dan mampu memenuhi kebutuhan konsumen semaksimal mungkin. Orang yang mengelola sebuah korporasi yang memiliki brand (merk) global harus menjaga supaya produk dengan brand (merk) tertentu



  












BAB III
PENUTUP


3.1. Ksimpulan
Era globalisasi memberikan pengaruh cukup bagi sebuah konsep pemasaran omline san menumbuhkan tantangan-tantangan baru dalam melakukan sebuah pemasaran online.dalam pemasaran online dituntut unruk dapat memahami bagaimana keadaan atau kejadian – kejadian yang ada di sekeliling kita yang mempengaruhi keadaan pasar pada saat ini.dalam memasarka suatu produk dalam pasar online kta juga harus memperhatkan bebeapa faktor yang dapat mempengaruhi popularitas dari suatu produk yang dipasarkan secara online seperti:
1)      Ciri – ciri pengguna iternet
2)      Penciptaan brand atau merk yang sesuai
3)      Dan memahami kebutuhan konsumen.
Dengan memahami ketiga kriteria diatasa seseorng akan mampu  memahami peranan penting pemasaran online dalam melakukan pemasaran atau promo suatu produk agar dapat dikenal  masyarakat luas.
3.2.Saran
Mengetahui Konsep dalam pemasaran online dapat membantu kita jika suatu saat nanti kita ingin melakuakn bisnis atau usaha dengan memanfaatkan internet.karena dari tulisan ini kita dapat mempelajari hal-hal yang penting dalam menyusun suatu rencana pemasaran online agar suatu produk yang kita buat nanti dapat bersaing di pasaran dan dapat membaca situasi pasar serta kebutuhan masyarakat. 





DAFTAR PUSTAKA

Ahlimanajemen/10-2016/artikel yang lengkap tentang brand management dan      manajement merk/blogspot.com
Nurfajriah.sheily/10/2016/Proses pengambilan keputusan./html=1/blogspot.com
Putri.yusikatria/10/2016/Konsep dasar prilaku konsumen/html=1/blogsspot.com
http:/library.gunadarma.ac.id/html=1





Post a Comment

0 Comments