Hikayat Cemara Gunung

Menunduk, diam dan tak beranjak
Menatap lahar merah menyala terbahak,
Menyeringai tanpa belas kasihan
Membakar gelora menampakkan angkara
Gugur tanah, batu, dan semak
Enyahkan segala

Tak terperi lagi kadar nestapa
Pedih, luka menganga, tercabik,,,,,,,
Teriakku tak lagi mampu bersuara
Parau, tangis dan denyut nadi yang meninggi
Terkepal tangan, lahar merah dalam genggaman
Melepuh daging, tercium anyir darah terbakar
Tulang jari perlahan terlihat putih sekejap
Larut tak berwarna kemudian

Kakipun tak lagi mampu tegak,
tersimpuh
Lipatan kali tak nampak lagi
dahipun tertunduk keharibaan
Perlahan tubuh itupun gugur larut
Hilang tanpa tangisan dan tanpa kata

Cemara gunung memanggilnya
Kemanakah kau wahai, sang penikmat malam gelap
Wahai Gusti Allahku, apa sebenarnya yang hendak kau tunjukkan padaku
Bagaimana kau bakar hambamu itu dengan lahar yang tak terpikirkan olehnya
Bukankah janjimu pasti ?

Aku berteriak memanggilmu wahai Sang Perkasa
Sentuhlah hambamu itu, yang kini tak bertubuh tak berbadan
Lihatlah kini tubuhnya tak lagi ada
Tercerai berai tanpa nama dan nisan
Wahai Gusti Allah Yang Maha Agung...
Berikanlah kepadanya kekuatan agar ia mampu berteriak
Biarkanlah parau suaranya memecahkan dadanya sendiri
Menggigit nadi sampai terputus

Gusti Allah, makhlukmu itu menunggu jawabmu

Batu Kinyang 2, 23 April 2018 jam 02:47

Post a Comment

0 Comments