Tumbang

Bagaimana aku mengenalmu ?
Bahkan suaramu saja aku tak tahu
Bagaimana aku mengenalmu ?
Jika lagu dan iramamupun tak mampu kuikuti

Bagaimana aku mampu mengenalmu ?
Bahkan tulisanmu saja tak mampu kuikuti alurnya
Bagaimana aku mampu mengenalmu ?
Bagaiman jika warnamu tak mampu kebedakan

Dulu sekali...
Aku sangat mengenalmu
Bahkan belum kau ucappun aku mampu mendengarmu

Dulu sekali
Aku sangat mengenalmu
Bahkan aku tahu mimpi-mimpimu ketika kau terlelap

Allah ya Allah..
Apa yang terjadi padaku sesungguhnya ?
Apakah aku banyak berdosa pada-Mu ?

Allah ya Allah
Apa yang terjadi padaku sesungguhnya ?
Apakah aku tal lagi memuliakan nama-Mu ?

Allah ya Allah
Apa yang terjadi padaku sesungguhnya ?
Apakah aku telah berpaling dari wajah-Mu ?

Dera....
Menghancurkan tubuh menjadi serpih
Angkara...
Melalap kokoh tiang cinta mulia

Dusta....
Merobek jantungku seperti buluh bambu
Darah merah mengalir deras tanpa suara
Teriakan tak terdengar namun terasa
Menggelepar seperti cacing tersiram api neraka

Janji....
Tak berharga, seperti prasasti yang terkubur
Tak dilihat, seperti nisan tanpa nama
Tak tersentuh, jijik tak terperi
Hilang,,,,,perlahan.....

Duka...
Seperti gugurnya ribuan satria dalam perang Bharatayuda
Luruh...
Diam...

Nestapa....
Sedih, sakit, tak terkira
Laksana menganganya luka diatas luka

Marah.....
Kutelan sendiri, bulat dan tak tertawar
Terkepalpun tanganku tak mampu
Limbung tubuhku menahan beban
Bergetar hebat, detak jantung cepat
Ingin rasanya kebenturkan kepala ini padamu wahai cemara gunung yang jauh disana
Apakah kau dengar teriakanku ?
Tulikah telingamu ?
Seribu umpat yang tertelan lagi
Harus keteriakkan pada siapa suara parauku ?

Kenapa tak kau bunuh saja aku ?
Kenapa kau siksa aku ?
Kenapa kau berdusta ?

                                                                                        Batu Kinyang 2, Jakarta
                                                                                        sunyi dan sepi






 

Post a Comment

0 Comments